Mengapa karakter itu penting?
Filsuf Yunani Heraktilus mengatakannya dengan sederhana: “Karaakter adalah takdir”. Karakter membentuk takdir dari seorang pribadi. Karakter membentuk takdir seluruh masysrakat “Di dalam karakter warga negara”, kata Cicoro, “terletak kesejahteraan bangsa”.
“penelusursn nilai-nilai’’. Seperti ditunjukkan esais Lance Morrow, “adalah karya peradaban”. Pandangan sekilas terhadap sejarah mengingatkan kita bahwa peradaban tidak selamanya bertumbuh subur. Peradaban menjulang dan runtuh. Peradaban runtuh ketika inti moral memburuk-ketika suatu masyarakat gagal meneruskan kebijakan-kebijakan pokok, kekuatan-kekuaatan karakternya, kepada generasi berikutnya. Sejarawan Arnold Toynbee mengamati, “lebih dari dua puluh satu peradaban yang terkemuka, sembilan belas musnah bukan oleh penaklukan dari luar tetapi karena kerusakan moral dari dalam.
Lebih dari satu abad lalu dalam sebuah kuliah di Universitas Harvard, Ralph waldo Emerson menegaskan, “karakter lebih tinggi dari pada intelek”. Psikiater Frank pittman menulis, “stabilitas kehidupan kita tergantung kepada karakter kita. Karakter, bukan nafsu, yang mempertahankan perkawinan cukup lama dalam melakukan tugas membesarkan anak menjadi warga negara yang dewasa, bertanggung jawab dan produktif. Dalam dunia yang tidak sempurna ini, karakterlah memungkinkan orang mampu untuk berahan hidup, memikul dan mengtasi kemalangan mereka”. “Untuk berhasil”. Stephen Covey mengatakan, “Anda harus melakukan dengan baik. Dan untuk melakukan dengan baik, terlebih dahulu anda harus baik”.
Kita semua orang tua sudah tentu mendambakan anak kita berhasil. Namun kita tahu pasti bahwa keberhasilan tanpa karakter kualitas-kualitas seperti kejujuran, rasa tanggung jawab, kebaikan, dan ketabahan dalam menghadapi kesulitan-tidak banyak artinya. Novelis Walker Percy pernah berkata, “tanpa karakter orang tidak akan mendapat apa-apa kecuali kehidupan yang gagal”. Dalam menjalani kehidupan yang baik, seperti dinyatakan peribahas , satu ons karakter seharga satu pon kecerdasan”.
Sebagai sebuah masyarakat, kita mulai menemukan kembali kebijaksanan masa silam ini. Sekolah-sekolah sedang mengadopsi cara kerja pendidikan karakter. Kita mempunyai kepedulian yang diperbaharui terhadap karakter pemerintahan kita dan para pemimpin koporasi, setelah mempelajari dengan susah payah bahwa keahlian tanpa etika adalah ancaman bagi masyarakat.
Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya tujuan hidup. Karaktermerupakan dorongan pilihan untuk menentukan yang terbaik dalam hidup. Sebagai bangsa Indonesia setiap doronagan pilihan itu harus dilandasi oleh pancasila. Sementara itu sudah menjadi fitrah bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang multi suku, multi ras, multi bahasa, multi adat, dan tradisi. Untuk tetap menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia maka kesadaran untuk menjunjung tinggi Bhinika Tunggal Ika merupakan suatu conditio sine quanon, syarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena pilihan lainnya adalah runtuhnya negara ini.
Sementara itu, di dalam kebijakan nasional, antara lain ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bahan penting dan tidak dipisahkan dari pembangunan nasional. Lebih lanjut harus diingat bahwa secara ekspilit pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang pada pasal 3menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemmampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan unruk berkembangnya potensi pesrta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Potensi peserta didik yang akan dikembangkan seperti beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kretif, mandiri, menjaddi warga negara yang demokratis dan beranggung jawab pada hakikatnya dekat dengan makna karakter.
No comments:
Post a Comment