Tuesday, May 24, 2016

Hidup efisien

                                                                              


     

Perbuatan baik (amal shalih) dalam Bahasa Arab berasal dari dua kata yaitu, amal yang artinya perbuatan dan shalih yang artinya baik atau dapat juga diartikan sebagai lawan dari rusak. Dan kata “Perbuatan Baik” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, amal artinya perbuatan atau pekerjaan, juga diartikan sebagai perbuatan baik, kebaikan, misalnya: berbuat baik pada makhluk yang lemah. Amal dimaknai sebagai segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan (membantu orang yang lemah, menolong korban banjir, dan lainnya). Beramal dalam Bahasa Indonesia artinya berbuat amal, melakukan sesuatu yang baik (belajar, membantu orang miskin, dan lainnya). 

         Secara istilah perbuatan baik diartikan “perbuatan yang bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia yang didasarkan pada keimanan pada Allah swt.

         Dalam bahasa sehari-hari, masih banyak orang Indonesia yang mengartikan kata amal itu dengan makna yang sempit. Seperti bahwa amal itu hanyalah berkaitan dengan ibadah saja, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Atau amalan-amalan lainnya yang berhubungan dengan ibadah, seperti do’a, berdzikir, iktikaf di masjid, membaca al-Qur’an, dan lain sebagainya. Dan seolah-olah hal yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan seperti berbangsa dan bernegara, kerukunan beragama dan lainnya dianggap sebagai masalah keduniaan yang lepas dari agama sehingga pengertian ini sama sekali tidak benar. Perbuatan baik adalah segala perbuatan yang baik sesuai ajaran Islam. Kendatipun manusia menilai baik, namun apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam. Maka hal itu tetap tidak baik. Sebaliknya, walaupun manusia menilai kurang baik, namun Islam menyatakan baik, maka hal itu tetap baik.
 Dalil tentang Perbuatan Baik

Sangat banyak sekali didalam al-Qur’an, ditemui kata-kata iman yang dirangkaikan dengan kata amal shalih. Banyaknya perkataan tersebut menunjukkan tentang betapa pentingnya makna yang terkandung dalam perbuatan baik yang harus didasari adanya keimanan kepada Allah. Dalam hadits pun banyak ditemukan kata perbuatan baik.  

Allah Ta'ala berfirman : 

مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَمُؤْمِنٌ  فَلَنَحْيِيَنَّهُ حَيَوةً طَيِّبَةًصلى وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بـِأَحْسَنِ مَاكَانُوْا يَعْمَلُوْنَ 
"barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S al-Nahl 97).

Pada ayat diatas, Allah menjelaskan akan memberikan kehidupan yang sejahtera kepada siapapun, baik laki-laki maupun perempuan. Apabila mereka mau beriman dan beramal shaleh. Dan balasan Allah lebih bernilai lebih tinggi dari apa yang dikerjakan.

        Ada beberapa pendapat ahli tafsir dalam memahami ungkapan حَيَاةً طَيِّبَةً di dalam tafsirnya Ibnu Katsir menyatakan bahwa حَيَاةً طَيِّبَةً adalah ketentraman jiwa dan Ibnu Abbas seorang sahabat yang terkenal sebagai ahli tafsir dan bahkan pernah dido’akan nabi sebagai seorang ahli tafsir menjelaskan bahwa حَيَاةً طَيِّبَةً adalah hidup sejahtera bahagia dengan rizki yang halal dan baik (bermutu gizinya). Adapun menurut Ali bin Abi Thalib,  حَيَاةً طَيِّبَةًartinya kehidupan yang disertai qana’ah (menerima dengan suka hati) terhadap pemberian Allah swt.

ولكل وجهة هوموليهاصلى فاستبقوا الخيرتج اين ماتكونوا يأت بكم الله جميعاج ان الله على كل شيئ قدير  البقرة : ١٤۸
 Dan bagi setiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.  (al Baqarah: 148) 
.
 Menurut M. Quraish Shihab, penafsiran dari ayat di atas adalah

Bagi setiap umat ada kiblatnya sendiri-sendiri yang ia menghadap kepadanya. Kaum muslimin pun ada kiblatnya, tetapi kiblat kaum muslimin ditetapkan langsung oleh Allah swt. maka berlomba-lombalah kamu wahai kaum muslimin satu dengan yang lain dalam berbuat kebaikan.
 
Atau ayat ini bermakna: Bagi setiap umat ada kiblatnya sendiri yang ia menghadap kepadanya, sesuai dengan kecenderungan atau keyakinan masing-masing. Kalaulah mereka dengan mengarah ke kiblat masing-masing bertujuan untuk mencapai ridha Allah dan melakukan kebajikan, maka wahai kaum muslimin berlomba-lombalah kaum dengan mereka dalam berbuat aneka kebaikan.

Dalam kehidupan dunia kalian berselisih, tetapi ketahuilah bahwa kamu semua akan mati dan di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian pada hari kiamat untuk Dia beri putusan. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Boleh juga ayat 148 di atas bermakna bahwa memang benar Allah pernah memerintahkan kepada Bani Isra’il dan atau selain mereka melalui nabi-nabi yang diutus-Nya untuk mengarah ke arah-arah tertentu, tapi kali ini perintah Allah untuk mengarah ke Ka’bah adalah perintah-Nya untuk semua. Namun demikian, jika mereka enggan mengikuti tuntunan Allah ini, maka biarkan saja mereka, dan berlomba-lombalah dengan mereka dalam kebaikan, atau bergegaslah hai kaum muslimin mendahului mereka dalam melakukan kebajikan. Apapun dan di mana pun posisi kalian, atau ke arah mana pun manusia menuju dalam shalatnya, pada akhirnya Allah akan mengumpulkan semua manusia yang beragam arahnya itu, untuk memberi putusan yang hak, karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Adapun menurut Sayyid Quthb dalam kitabnya Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, ia mengungkapkan bahwa: dengan demikian, Allah memalingkan kaum muslimin dari gangguan kaum Ahli Kitab (yahudi dan Nasrani) dan penyibukan mereka dengan fitnah-fitnah, takwil-takwil, dan perkataan-perkataan bohong. Dan dipalingkan-Nya mereka kepada amal kebaikan, dengan senantiasa ingat bahwa mereka kelak akan dikembalikan kepada Allah, sedang Allah berkuasa atas segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi-Nya.

Allah swt. berfirman : 

وَسَارِعُوْا اِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عرضها في السموات والارض اعدت للمتقين     العمران :١٣٣
"Dan bersegeralah engkau sekalian menuju pada pengampunan dari Tuhanmu dan juga memasuki syurga yang luasnya se luas langit dan bumi, disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa." (ali-lmran: 133)

   Ketaatan yang di perintah oleh ayat yang lalu, dapat terlaksana tanpa upaya yang sungguh-sungguh, misalnya sekadar melaksanakan yang wajib dan mengabaikan yang sunah atau anjuran. Atau cukup menghindari yang haram, tetapi melaksanakan yang makruh. Sekadar memohon ampunan atas kesalahan dan dosa besar dan tidak mengingat lagi dosa kecil atau hal-hal yang kurang pantas. Ayat ini, menganjurkan peningkatan upaya, melukiskan upaya itu bagaikan satu perlombaan dan kompetisi yang memang merupakan salah satu cara peningkatan kualitas. Karena itu, bersegeralah kamu bagaikan ketergesaan orang yang ingin mendahului yang lain menuju ampunan dari Tuhanmu dengan menyadari kesalahan dan berlombalah mencapai, yaitu surga yang sangat agung yang lebarnya, yakni luasnya selebar seluas langit dan bumi yang di sediakan untuk al-muttaqin, yakni orang-orang yang telah mantap ketakwaannya, yang taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 

وَمَاتَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَ اللهَ بِهِ عَلِيْمٌ
“kebaikan apapun yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah pasti mengetahuinya.” (QS. al-Baqarah: 215)
وَمَاَتفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللهُۗ...
“kebaikan apapun yang kamu kerjakan, niscaya Allah mengetahuinnya...”
(QS. al-Baqarah: 197)

Adapun haditsnya adalah:

۸٧- فَالْاَؤَّلُ. عَنْ أَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِىىَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ قَالَ : بَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحَ كَافِرًا يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرْضٍ مِنَ الدُّنْيَا   رواه مسلم
87. Pertama: Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:
"Bersegeralah kalian untuk melakukan amalan-amalan - yang bagus-bagus -
sebelum datangnya bermacam-macam fitnah  seperti penggalan-penggalan malam yang gelap gulita, pagi hari seseorang itu menjadi orang mu'min dan sorenya dia menjadi orang kafir, dan pada sore hari ia masih sebagai seorang mu'min, tetapi pagi harinya ia telah menjadi seorang kafir. Orang itu menjual agamanya dengan kenikmatan dunia." (HR. Muslim) 

Pengesahan hadits:

Syaikh kita (al-Albani) rahimallahu ta’ala mengatakan: “lafazh hadits diatas bukan lafazh Muslim, tetapi lafazh at-Tirmidzi dalam bab al-fitan huruf yang sama, dan dia menshahihkannya. Sedangkan lafazh Muslim yang senada terdapat pada bab al-limaan.

Kosa kata asing:

· بَادِرُوْا  : bersegeralah kepadanya sebelum munculnya rintangan-rintangan.
·   كَقِطَعِ الَّيْلِ المُظْلِمْ : sepenggal malam yang gelap gulita, penggal malam pergi dan kemudian digantikan oleh penggalan berikutnya.
· عَرَضٌ : kenikmatan yang sirna dari dunia.hlm.

Kandungan hadits:

·   Kewajiban berpegang teguh kepada agama serta bersegera mengerjakan amal shalih sebelum datangnya halangan dan rintangan.
·   Berbagai macam fitnah yang menyesatkan akan bermunculan pada akhir zaman dan setiap kali suatu fitnah berakhir, maka ia akan digantikan oleh fitnah lainnya. Mudah-mudahan Allah melindungi kita dari kejahatan dan keburukan fitnah-fitnah tersebut.
·   Jika ada kesempatan baik bagi seseorang, maka dia harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Sebab, hambatan bagi sebuah kesungguhan dan keteguhan hati adalah kebiasaan menunda-nunda, yang akan berakhir dengan kehilangan kesempatan dan kerugian.
·   Jika seseorang menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sangat murah, berarti pegangan agamanya rentan dan keyakinannya pun lemah, sehingga akan mengakibatkan keguncangan dan ketidakstabialan pada dirinya. Kita berlindung kepada Allah dari akhir yang buruk (suu-ul khaatimah).

١١٩ـ الثَّالِثُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيْ : ((عُرِضَتْ عَلَيَّ أَعْمَالُ أُمَّتِيْ حَسَنُهَا وَسَيِّئُهَا، فَوَجَدْتُ فِيْ مَحَاسِنِ أَعْمَالِهَا اْلأَذَى يُمَاطُ عَنِ الطَّرِيْقِ، وَوَجَدْتُ فِي مَسَاوِئِ أَعْمَالِهَا النُّخَاعَةُ تَكُوْنُ فِي المَسْجِدِ لاَتُدْفَنُ )). (رواه مسلم).

119. Juga darinya (Abu Dzarr), dia bercerita, Rasulullah saw. bersabda: “pernah diperlihatkan kepadaku amal perbuatan umatku, yang baik maupun yang buruk. Kemudian aku mendapatkan diantara amal kebaikannya berupa menyingkirkan hal-hal yang mengganggu dari tengah jalan, dan aku dapatkan pula dari amal keburukannya terdapat dahak yang dibiarkan di masjid, tidak ditanah (dibersihkan).” (HR. Muslim)

Pengesahan hadits:

Diriwayatkan oleh Muslim (553).

Kosa kata asing:

·         الْأَذَى : segala sesuatu yang membahayakan, baik itu berupa batu, duri, atau yang lainnya.
·         يُمَاطَ : dijauhkan atau dibuang.
·         النُّخَاعَةُ : dahak yang dikeluarkan dari kerongkongan.
·         لاَتُدْفَنُ : tidak dihilangkan dengan cara memendamnya dalam tanah. Sebab, lantai masjid pada zaman dahulu masih berupa tanah. Sedangkan sekarang, dahak yang ada di masjid harus dihilangkan dengan cara dicuci dengan air dan digosok, dan masalah ini termasuk masalah yang logis. Wallahu a’lam.

Kandungan hadits:

·         Allah memperlihatkan kepada Rasul-Nya tentang amal perbuatan umat-Nya.
·         Amal perbuatan itu dibagi menjadi dua, baik dan buruk.
·         Amal perbuatan baik adalah segala bentuk perbuatan yang di dalamnya terdapat kebaikan, baik besar maupun kecil. Sedangkan amal perbuatan buruk adalah segala macam perbuatan yang di dalamnya mengandung keburukan, baik besar maupun kecil.
·         Dianjurkan untuk memperbanyak amal kebaikan dan diantara amal kebaikan itu ada yang sering dianggap remeh oleh sebagian orang, misalnya menyingkiran hal-hal yang mengganggu dari jalanan dan membersihkan dahak di masjid.
·         Perintah untuk mengerjakan hal-hal yang mendatangkan manfaat dan memberikan kebaikan bagi manusia, serta menjauhi segala sesuatu yang membahayakan mereka dan menyebabkan kerusakan bagi mereka.
·         Diperintahkan untuk menghormati masjid dan membersihkannya dari segala bentuk kotoran, misalnya dahak, lendir, kencing, serta menjaga etika yang berlaku di dalamnya.
·         Perintah untuk membuang segala bentuk gangguan dari jalan kaum muslimin. Sebab, yang demikian itu merupakan bagian dari iman.

 ١٢١-الخَمِسُ: عَنْهُ قَالَ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ :
 ((لاَتَحْقِرَنَّ مِنَ المَعْرُوْفِ شَيْئًا وَلَوْأَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلِيْقٍ )). (رواه مسلم)
121. Dari Abu Dzarr juga, dia bercerita, Nabi saw. bersabda kepadaku: “Janganlah sekali-kali engkau meremehkan perbuatan baik sekecil apapun, meski perbuatan baik itu hanya berupa penyambutan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (HR. Muslim) 

Pengesahan hadits:

Diriwayatkan oleh Muslim (2626).

Kosa kata asing:

·   لاَتَحْقِرَنْ  : janganlah meremehkan nilainya di hadapanmu, atau jangan menganggapnya kecil.
·  طَلِيْقٌ  : disertai senyum penuh kegembiraan.

Kandungan hadits:

·       Larangan meremehkan amal perbuatan sekecil apa pun selama perbuatan itu baik. Oleh karena itu, tidak selayaknya meninggalkan perbuatan baik, dengan maksud meremehkan atau membedakan syi’ar-syi’ar Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian pelaku bid’ah di zaman ini, dimana mereka membagi amal menjadi dua bagian: kulit dan isi. Namun, anggapan mereka itu telah saya bantah habis dalam buku saya yang berjudul, “Dalaailush Shawaab fii Bid’ati Taqsiimid Diin ilaa Qisyirin wa Lubaabin.”

·       Disunahkan membahagiakan kaum muslimin, karena yang demikian itu merupakan bentuk (manifestasi) kasih sayang di antara mereka.

السَّابِعَ: عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ  قَالَ: ((مَنْ غَدَا إِلَى المَسْجِدِ أَوْرَاحِ، أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِي الجَنَّةِ نُزُلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ)). (متفق عليه).
123. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw., beliau bersabda: “barang siapa berangkat ke masjid pada pagi maupun sore hari, maka Allah swt. akan menyediakan baginya di Surga setiap dia berangkat pagi atau sore hari.” (Muttafaq ‘alaih)

Pengesahan hadits:

Diriwayatkan oleh al-Bukhari (II/148- Fat-h) dan Muslim (669).

Kosa kata asing:  

·       غَدَا : perjalanan yang dilakukan pada permmulaan siang hari. Maksudnya adalah pergi.
·       رَاحَ : perjalanan yang dilakukan pada akhir siang. Yaitu, pulang.

Kandungan hadits:

·         Seluruh amal perbuatan manusia itu dihitung di sisi Allah swt.
·         Barangsiapa pergi ke masjid dengan tidak bertujuan kecuali untuk melakukan shalat, maka setiap langkahnya dalam perjalanan, baik pergi maupun pulang akan ditetapkan pahala baginya.
·         Keutamaan memelihara shalat jama’ah.
مَنْ دَلَّ عَلىَ خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ اَجْرٍفَعِلِهِ. رواه مسلم.
       Barang siapa yang menunjukkan orang lain supaya berbuat baik, maka ia memperoleh pahala sama seperti pahala orang yang mengerjakannya. (HR. Muslim)
Allah swt. Melipat Gandakan Kebaikan

Kebaikan itu akan dilipat gandakan, dikembang biakkan dan itu semua diperoleh karena ilham. Sedangkan keburukan tidak dilipat gandakan dan juga bukan karena ilham. Allah memberikan balasan kepada orang yang mengerjakan kebaikan dengan kebaikan yang belum pernah ia kerjakan. Sedangkan orang yang mengerjakan dosa, Allah tidak memberikan balasan kecuali apa yang dikerjakan.
Allah swt. berfirman dalam  Q.S al-An’am: 160.

Pembalasan Allah sungguh adil, yakni barang siapa diantara manusia yang datang membawa amal baik, yakni berdasar iman yang benar dan ketulusan hati, maka baginya pahala sepuluh kali lipatnya, yakni sepuluh kali lipat amalnya sebagai karunia dari Allah; dan barang siapa membawa perbuatan yg buruk, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan  kejahatan-nya, itupun kalau Allah menjatuhkan sanksi atasnya, tetapi tidak sedikit keburukan hamba yg dimaafkan-Nya. Kalau Dia menjatuhkn sanksi atasnya, maka itu sangat adil dan dengan demikian  mereka, yakni yang melakukan kejahatan itu sedikit pun tidak dianiaya tetapi masing-masing akan memperoleh hukuman setimpal dengan dosanya. Adapun yang berbuat kebajikan maka bukan saja mereka tidak dianiaya, bukan juga mereka diberi ganjaran yang adil tetapi mereka mendapat anugerah Allah. 

Nilai Positif Perbuatan Baik

Perbuatan baik itu bagaikan pohon yang menghasilkan buah yang enak, lezat rasanya, baik dalam kehidupan di dunia ini maupun dalam kehidupan di akhirat kelak. Hasil dari perbuatan baik di dunia dan akhirat diantaranya:

1)      Rezeki yang baik. Surah al-Hajj/22: 50
2)      Derajat yang tinggi. Surah Taha/20: 75
3)      Keberuntungan. Surah al-Qashas/28: 67
4)      Keadilan. Surah Yunus/10: 4
5)      Keluar dari kegelapan. Surah at-Talaq/65: 11
6)      Rahmat dan cinta. Surah al-Jasiyah/45: 30
7)      Hilang rasa takut. Surah Taha/20: 112
8)      Pahala yang cukup. Surah Ali ‘Imran/3: 57
9)      Ampunan Allah swt. Surah Fatir/35: 7
10)  Kehidupan di alam surga. Surah al-Mu’minun/23: 40 
Membiasakan Berbuat Baik

Mengerjakan perbuatan baik dalam arti kata yang seluas-luasnya dan dalam segala bidang kehidupan adalah kewajiban bagi setiap muslim, baik sebagai manusia pribadi maupun selaku umat, kaum dan bangsa. Karena sesungguhnya kedudukan seseorang atau sesuatu kaum atau bangsa ditentukan oleh amal perbuatannya.

Bangsa Romawi kuno pernah mengangkat kemajuan sejarah dunia, mulai jatuh dan merantakan, karena bangsa tersebut meninggalkan karya dan perbuatan-perbuatan baik (amal shalih). Sebaliknya bangsa yang terbelakang, bahkan bangsa yang dijajah, bisa mencapai kemajuan kembali dengan karya dan usaha yang tidak pernah padam. Amal itu adalah asas kemakmuran, roh dan jiwa kebangkitan, jalan yang sempurna dalam kehidupan di alam wujud ini, dengan sumber kehidupan yang melimpah ruah dengan kekayaan dan harta.

Apabila perbuatan baik itu diumpamakan satu kapal yang mengarungi lautan, maka yang menggerakkannya ialah kekuatan uap yang ada di dalam kapal itu, yang dinamakan mesin (motor). Dalam mengarungi samudera yang penuh dengan ombak dan gelombang itu, sebuah motorboat lebih kencang jalannya dari pada sebuah kapal layar.

Kapal layar itu menggantungkan kecepatannya kepada faktor extern, yaitu kekuatan yang datang dari luar, yakni angin. Kalau angin berhembus ke arah haluan yang ditujunya, maka perahu layar akan melaju cepat dari pada kapal pemburu atau speedboat. Tetapi, jika angin tenang atau berhembus bertentangan dengan arah yang ditujunya maka jalannya sangat pelan, atau tidak bergerak, bahkan mungkin juga hanyut kembali kebelakang. Tidak demikian halnya dengan kapal-mesin. Kapal-mesin itu tidak menghiraukan ombak dan gelombang, tidak peduli apakah angin bertiup atau tidak. Tetapi, dia melaju dan meluncur terus sebab lajunya ditentukan oleh faktor intern, yaitu kekuatan. Kekuatan yang tumbuh dari dalam, yakni mesin (motor). Kekuatan mesin dalam perumpamaan ini adalah iman. Iman adalah penggerak, pendorong, dan yang menjiwai perbuatan baik (amal shalih).

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *