Saturday, May 14, 2016

Logika Formal


                                    


            Asas adalah pangkal atau asal dari mana suatu itu muncul dan dimengerti. Maka “Asas pemikiran” adalah pengetahuan dimana pengetahuan lain muncul dan dimengerti. Kapasitas asas ini bagi kelurusan berfikir adalh mutlak, dan salah benarnya suatu pemikiran tergantung terlaksana tindaknya asas-asas ini. Ia adalah dasar dari pada pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi :

Asas identitas
Asas identitas merupakan dasar dari semua pemikiran dan bahkan pemikiran yang lain. Prinsip ini mengatakan bahwa sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainnya. Jika kita mengakui bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z dan bukan A, B atau C. bila dijadikan rumus maka akan berbunyi “Bila propensi itu benar maka benarlah ia” 

Asas kontradiksi

Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak mungkin sama dengan pengakuannya. Jika kita mengakui bahwa  sesuatu itu bukan A, maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah A, sebab realitas hanya satu sebagai mana disebut oleh asas identitas. Dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin bersama-sama secara simultan. Jika dirumuskan maka akan berbunyi “ tidak ada proposisi yang sekaligus benar dan salah”. 

Asas penolakan kemungkinan ketiga

Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan peningkaran kebenarannya terletak pada salah satunya. Pengakuan dan pengingkaran merupakan perentangan mutlak, karena tidak mungkin keduanya benar dan juga tidak mungkin keduanya salah. Jika kita merumuskan akan berbunyi “suatu proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah”. 

Ada tiga hukum dasar logika formal. Yang pertama dan terpenting adalah hukum identitas. Hukum tersebut dapat disebutkan dengan berbagai cara seperti : “sesuatu adalah selalu sama dengan atau identik dengan dirinya, dalam aljabar : A sama dengan A”. 

Rumusan khusus hukum tersebut tak terlalu penting pemikiran esensial dalam hukum tersebut adalah seperti berikut. Dengan mengatakan bahwa sesuatu itu sama dengan dirinya, maka dalam segala kondisi tertentu sesuatu itu tetap sama dan takberubah. Keberadaannya absolut. Seperti yang dikatakan oleh akhli fisika : “materi tidak dapat dibuat dan dihancurkan”. Materi selalu tetap sebagai materi. 

Jika sesuatu adalah selalu dan dalam semua kondisi sama atau identik dengan dirinya, maka ia tidak dapat tidak sama atau berbeda dari dirinya. Kesimpulan tersebut secara logis patuh pada hukum identitas : jika A selalu sama dengan A, maka ia tidak pernah sama dengan bukan A (Non-A).

Kesimpulan tersebut dibuat secara eksplisit dalam hukum kedua logika formal hukum kontradiksi. Hukum kontradiksi menyatakan bahwa A adalah bukan    Non-A. itu tidak lebih dari sebuah rumusan negatif dari pernyataan positif, yang dituntun oleh hukum pertama logika formal. Jika A adalah A, maka menurut pemikiran formal, A tidak dapat menjadi Non-A. jadi hukum kedua dari logika formal, yakni hukum kontradiksi, membentuk tambahan esensial pada hukum pertama. Beberapa contoh : manusia tidak dapat menjadi bukan manusia; demokrasi tidak dapat menjadi demokrati; buruh-upahan tidak dapat menjadi bukan buruh-upahan. 

Hukum kontradiksi menunjukkan pemisahan perbedaan antara esensi materi dengan fikiran. Jika A selalu sama dengan dirinnya maka ia tidak mungkin berbeda dengan dirinya. Perbedaan dan persaan menurut dua hukum di atas adalah benar-benar berbeda, sepenuhnya tidak berhubungan dan menunjukkan saling berbedanya antara karakter benda (Things) dengan karakter fikiran (thought). 

Kualitas yang saling berbeda dan terpisah dari setiap benda ditunjukkan dalam hukum ketiga logika formal yakni : hukum tiada jalan tengah (the low of excluded middle). Menurut hukum tersebut segala sesuatu hanya memiliki salah salah satu karakteristik tertentu. Jika A sama dengan A, maka ia tidak dapat sama dengan Non-A. A tidak dapat menjadi bagian dari dua kelas yang bertentanagan pada waktu yang bersaan. Dimanapun dua hal yang berlawanan tersebut akan saling bertentangan, keduanya tidak dapat dikatakan benar atau salah. A adalah bukan B; B adalah bukan A. kebenaran dari sebuah pernyataan selalu menunjukkan kesalahan (berdasarkan lawan pertentangannya) dan kebalikannya.

Hukum yang ketiga tersebut adalah sebuah kombinasi dari dua hukum pertama dan berkembang secara logis. Ketiga hukum tersebut mencakup sebagia dasar-dasar logika formal. Alasan-alasan formal berjalan menurut proposisinya. Selama 2.000 tahun aksioma-aksioma yang jelas dalam sistem berfikiraristoteles telah menguasai cara berfikir manusia, layaknya hukum pertukaran dari nilai yang sama, yang telah membentuk fondasi bagi produksi komoditi masyarakat. 

Lihatlah contoh tentang sistem berfikir aristoteles, sebagai berikut: dalam bukunya yang berjudul Posterior Analytics. Aristoteles mengatakan bahwa seseorang tidak dapat secara terus menerus memahami bahwa manusia pada dasarnya adalah hewan, dengan demikian bisa juga dikatakan bahwa manusia adalah bukan hewan. Dengan demikian, manusia pada dasarnya adalah seorang manusia dan tidak dapat dianggap bukan manusia.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan dalam hukum logika formal. Kita mengetahui bahwa hal itu berlawanan de kenyataan.  Teori perkembangan alam mengatakan bahwa tidak bisa-lain manusia pada dasarnya adalah binatang. Secara logika manusia adalah binatang. Tapi kita ketahui juga dari teori evolusi sosial, bahwa manusia adalah kelanjutan dari perkembangan evolusi binatang. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa secara esensial ia adalah manusia, yang spesiesnya cukup berbeda dengan binatang lainnya. Kita mengetahui bahwa hal tersebut menrupakan dua hal: yang satu dengan yang lainnya berbeda pada saat yang bersamaan. Aristoteles dan hukum logika formal tidak  berlaku lagi. 

Kita melihat dari contoh tersebut betapa cepat dan spontannya karakter dialektik suatu materi, oleh karena itu, muncul lah pemikiran yang merupakan cermin kritis terhadap pikiran formal. Walaupun ada suatu intensitas yang mengetatkan logika formal, namun tetap saja kita akan tergiring dan terdorong untuk  melangkah lebih kedepan, melewati batas logika formal, pada saat kita hendak mencari kebenaran sesuatu hal. Dan sekarang kita kembali kepda logika formal.

Seperti yang aku katakan sebelumnya, dialektika modern tidak menolak kebenaran yang dikandung oleh hukum-hukum logika formal. Sikap penolakan terhadap logika formal akan berlawanan dengan semangat dialektika, yang melihat beberapa kebenaran dalam kenyataan logika formal itu sendiri. Pada saat bersaan, dialektika membuat kita melihat batas-batas dan kesalahan dalam memformalkan pandangan tentang sesuatu

 Kritik Terhadap Hukum Logika Formal

Hukum logika formal berisikan unsur-unsur kebenaran yang sangat penting dan tak bisa di tolak. Semua hukum tersebut bukanlah merupakan jeneralisasi pikiran-pikiran yang random dan hasil khanyalan yang tak berarti. Hukum-hukum tersebut keluar lewat sebuah proses dunia nyata yang, selama ribuan tahun, oleh Aristoteles dan para pengikutnya, digunakan oleh peradaban manusia. Jutaan orang yang belum mengenal tentang aristoteles dan pemikiran-pemikirannya, sampai sekarang, berfikir untuk mengabaikan hukum-hukum awal yang pertama kali dirumuskannya. Mereka, yang seperti itu, tak akan bisa sampai mengerti tentang hukum-hukum gerak Newton walaupun mereka dapat melihat kerangka fisik setiap setiap hasil pemikiran Newton, namun  mereka gagal memahami teori hukum Newton tersebut secara lengkap.dalam dunia obyektif, mengapa orang berfikir dan melakukan pensejajaran antara hukum-hukum Newton dengan hukum-hukum aristoteles. Karena, kenyataannya, hukum berfikir aristoteles memiliki isi yang material, sama halnya juga dalam dunia objektif, sama juga halnya dalam hukum gerak mekanika Newton. “…metode berfikir kita, apakah itu logika formal atau logika dialektik, bukanlah sebuah susunan serampangan akal sehat kita tapi lebih sebagai sebuah ekspresi interelasi-aktual dalam alam kita senndiri”.

Karakter macam apa yang ada dalam realitas material yang hendak dicerminkan, dan secara konseptual dihasilkan kembali, oleh hukum-hukum berfikir formal? Hukum identitas bertujuan merumuskan fakta material agar bisa mendefinisikan segala sesuatu dan memperlakukan segala hal dalam semua perubahan fenomenanya. Dimanapun kelanjutan (perubahan) esensial hadir dalam realitas, hukum identitas tetap bisa mendeteksinya.

Kita tak bisa berbuat atau berfikir secara sadar bila menolak hukum tersebut. Jika kita tidak bisa lagi mengenali diri kita sendiri karena amnesia atau karena sesuatu hal karena kerusakan mental, misalnya hingga menghilangkan kesadaran identitas pribadi kita, maka diri kita akan hilang. Tapi hukum identitas hanyalah absyah untuk melihat dunia secara universal ketimbang untuk melihat kesadaran manusia itu sendiri. Hukum tersebut muncul setiap hari dan dimana saja dalam dalam kehidupan sosial. Jika kita kita tidak bisa mengenali bagian mental yang sama, lewat beberapa tindakan maka kita akan bisa melakukan produksi. Jika seorang petani tidak bisa mengerti perkembangan jagung yang ia tanam dari biji sampai menghasilkan jagung lagi, dan kemudian menjadi bahan makanan, maka tidak mungkin ada pertanian.

Anak-anak yang telah mengerti lebih jauh, bisa memahami alam dunianya saat pertama kali ia menemukan fatwa bahwa ibu yang menyesuinya adalah orang yang sama yang, dengan berbagai cara, memberinya makan. Pengenalan kebenaran dengan cara seperti itu tak lain merupakan sebuah contoh khusus tentang pengenalan terhadap hukum identitas.

Jika kita jernih melihat proses perkembangan dan perubahan-perubahan menuju negara kelas pekerja, maka kita tentu saja akan dengan mudah terjebak dlam kekacauan pemahaman saat berupaya untuk mengerti tentang perjuangan kelas yang ada sekarang. Dalam kenyataannya, oposisi borjuis kecil menjawab dengan cara yang salah ketika merespon persoalan yang terjadi di rusia, tidak hanya karena mereka menolak metode dialektik, tapi juga karena mereka tak bisa mengaplikasikan hukum identitas secara tepat. Daam proses perkembangan Soviet Rusia, mereka tak bisa melihat-lepaskan dari Uni Sovyet yang di bangun selanjutnya oleh rejim stalim bahwa Uni Sovyet bisa mempertahankan landasan-landasan sosial ekonomi negara kelas pekerja, yang didirikan oleh kelas buruh dan petani Rusia setelah revolusi oktober. Klasifikasi secara benar, yang lepas dari perbandingan yang berbasiskan suka tidak suka, merupakan suatu basis yang sangat penting dan sebagai langkah awal dalam investigasi ilmiah. Klasifikasi sangat penting untuk memilah penambahan terhadap kelas yang sama dan pengurangan terhadap kelas yang berbeda serta untuk menyatukan kelas-kelas yang berbeda-semua tak itu mungkin dilakukan tanpa menggunakan hukum identitas. Teori Darwin tentang revolusi pengorganisasian manusia berasal dan bergantung dari pengenalan terhadap identitas esensial berbagai mahluk yang berbeda di atas bumi ini. Hukum gerak mekanik Newton dapat disimpulkan berasal dari gerak massa, dari logika batu jatuh hingga planet-planet yang berputar dalam sistim matahari. Semua ilmu pengetahuan lahir dan merupakan bagian dari hukum identitas.

Hukum identitas mengarahkan hingga bisa mengenali keragaman, perubahan permanen, kesamaan, pemisahan dan penampakan yang berbeda, guna mencakup keseluruhan semua itu, serta guna mendapatkan penghubung antara fase-fase berbeda dari fenomena tertentu. Oleh sebab itu, penemuan dan penggunaan hukum tersebut disimpulkan telah membuat sejarah dalam pemikiran ilmiah dan, oleh karananya, kita memberikan penghargaan pada Aristoteles untuk semua yang telah dirumuskannya. Oleh karena itu pula, manusia berbuat dan berfikir sesuai dengan hukum dasar hukum logika formal tersebut.

Mungkin akan muncul pertanyaan: “Bagaimana hukum tersebut berlaku secara gampangnya? Jawabanya: fakta sesuatu adalah sesuatu.

Amatlah penting kehadiran hukum dasar tersebut dalam sejarah. Merupakan sebuah kemajuan yang besar sekali dalm sistim pengetahuan tentang dunia ketika manusia menemukan bahwa awan, uap, hujan dan es semuanya berasal dari air. Atau bahwa surga dan bumi adalah dua hal yang bertentangan namun juga sama (surga di bumi). Ilmu Biologi mengalami revolusi dengan penemuan bahwa kehidupan organisme bersel satu dan manusia terdiri dari substansi yang sama. Ilmu fisika mengalami revolusi dengan bisa ditunjukkannya bahwa semua bentuk gerak material dapat saling bertukar dan secara esensial sama. 

Tidaklah merupakan sebuah langkah yang menakjubkan dalam pengetahuan sosial dan politik ketika kelas pekerja menemukan pengetahuan, di satu sisi, bahwa upah kerja adalah upah kerja dan, di sisi lain, kapitalis adalah kapitalis. Pengetahuan bahwa buruh dimana saja memiliki kepentingan yang sama, menebus batas wilayah, nasional dan ras. Sehingga pengakuan terhadap kebenaran yang berasal dari hukum identitas adalah sebuah sebuah syarat untuk menjadi seorang sosialis yang revolusioner.

Satu hal, bagaimanapun kita memperhatikan dan menggunakan satu hukum, adalah merupakan hal yang berbeda dengan mengeti dan memformulasikannya dalam sebuah cara yang ilmiah. Semua orang dapat bertindak sesuai dengan hukum namun sulit untuk mengetahui bagaimana hukum tersebut beroprasi. Sama dengan hukum logika itu sendiri. Setiap orang berfikir tapi tak seorangpun tahu hukum yang mana yang sedang berlangsung dalam pemikirannya.

Hukum kontradiksi merumuskan fakta-fakta material yang hadir secara bersamaan dengan yang lainnya, dan bisa dalam keadaan-keadaan yang berbeda-beda. Secara nyata aku tidak sama dengan anda-jelas berbeda. Atau aku hari ini berbeda dengan yang kemarin-jelas keberadaan ku berbeda. Atau Uni Sovyet berbeda dengan negeri lainnya, dan perkembangan Uni Soviet membedakan Uni Sovyet dahulu dengan Uni Sovyet  sekarang-jelas perbedaan-perbedaannya.

Hukum formal kontradiksi, atau penajaman perbedaan-perbedaan adalah penting untuk memperoleh kelasifikasi yang tepat sesuai dengan hukum identitas. Tanpa keberadaan perbedaan-perbedaan tersebut, tak perlu ada klasifikasi, tanpa identitas maka tak mungkin melakukan klasifikasi.

Hukum tak ada jalan tengah (excluded middle) menunjukkan bahwa semua hal saling bertentangan dan saling mengisi dalam kenyataannya. Aku pastilah aku atau orang lain; hari ini seharusnya aku sam atau berbeda dengan kemarin; Uni Sovyet seharusnya sama atau berbeda dengan negeri lain; aku pastilah manusia atau binatang; aku tidak dapat secara bersamaan merupakan dua identitas yang berbeda.

Oleh karenanya, hukum logika formal mengekspresikan masa depan yang mengekspresikan dunia nyata. Hukum-hukum tersebut berisi suatu materi dan suatu dasar objektif. Hukum-hukum tersebut secara bersaan merupakan hukum berfikir, hukum masyarakat dan hukum alam. Ketiga akar hukum tersebut memiliki karakter universal.

Ketiga hukum  yang kita pelajari di atas bukan merupakan keseluruhan logika formal. Namun merupakan hukum-hukum dasar yang sederhana. Di atas dasar itulah, dan diluar darinyalah, muncul sejumlah stuktur ilmu logika yang kompleks, yang memiliki kerumitan rincian-rincian setiap elemennya, dan yang di dalamnya memiliki bentuk mekanisme berfikir. Tapi kita tak akan masuk ke diskusi tentang berbagai kategori, bentuk proposisi, sikap-sikap, silogisme dan yang lainnya, yang membentuk isi tubuh logika formal. Hal tersebut bisa dicari di buku tentang logika elementer lainnya. Secara prinsipil kita lebih peduli pada pemahaman ide-ide esensial logika formal, tapi bukan pada detail perkembangannya.

Logika formal selalu memulai proposisi: A adalah selalu sama dengan A. kita mengetahui bahwa hukum tentang identitas ini mengandung beberapa kebenaran, yang merupakan sebuah fungsi yang tidak bisa dipisahkan dalam pengetahuan berfikir, dan yang selanjutnya digunakan dalam peradapan manusia di dalam kegiatan seshari-harinya. Tapi sejauh mana perkembangan hukum tersebut? Demikianlah, pertanyaan selanjutnya.

Pembuktian salah benarnya setiap proposisi diperoleh dengan melihat realitas objektif dan praktek nyatanya, derajatnya dan isi kongkrit yang terkandung preposisi tersebut. Apakah isinya berhubungan dengan sebuah output yang bisa dihasilkan realitas, sehingga preposisi itu menjadi benar. Jika tidak, maka preposisi tersebut tidak bisa dibenarkan.

Sekarang apa yang bisa kita dapat saat berhadapan dengan realitas, bukti apa yang bisa membenarkan kebenaran preposisi: A sama dengan A? ternyata, tak ada sesuatupun dalam realita yang secara sempurna sama dengan isi preposisi tersebut. Sebaliknya, kebalikan dari aksioma tersebut jauh lebih mendekati pada kebenaran.

Bagaimanapun kita berusaha membuktikan bahwa A sama dengan A-ternyata, kita tidak bisa berhasil secara sempurna. Seperti kata Trotsky: “…meliputi dua huruf tersebut di bawah sebuah lensa pembesar-satu dengan yang lainnya sama sekali berbeda. Namun, orang bisa saja berkeberatan, karena hal-hal lain (misalnya) semata-mata merupakan simbol bagi kuantitas-kuantitas yang sederajat, contohnya, satu pon gula, masalahnya bukan ukuran atau bentuk dari huruf-huruf tersebut.”

No comments:

Contact Form

Name

Email *

Message *